Rabu, 31 Oktober 2012

"Indonesia, Terbaik di Antara yang Terburuk"


Ketua BPKM, Chatib Basri saat berkunjung ke VIVAnews.com, (16/10/2012). Foto:VIVAnews/Fernando Randy
Empat tahun terakhir Indonesia menjadi sorotan dunia khususnya kalangan investor. Bagaimana tidak? Di tengah merosotnya perekonomian berbagai negara di dunia, Indonesia justru muncul sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi mengesankan.

Tak heran, jika kemudian keterpurukan ekonomi negara-negara di dunia itu, secara tak langsung, menjadi berkah bagi Indonesia karena masuk dalam radar investor.

"Saya tidak mau klaim ini keberhasilan BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal). Ini kombinasi dari good policy respon dan good luck," kata Kepala BKPM, Chatib Basri.
Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) ini begitu bersemangat bercerita tentang mulai munculnya pengakuan faktor investasi sebagai motor penggerak perekonomian Indonesia.

Namun, peneliti LPEM-UI ini juga mengakui banyak kendala yang masih dihadapi Indonesia, khususnya BKPM, untuk memberikan kenyamanan bagi pemodal yang berniat berinvestasi di Indonesia.

Berkunjung ke kantor redaksi VIVAnews, pekan lalu, Chatib bercerita banyak mengenai pengalamannya memimpin lembaga yang menjadi garda terdepan promosi investasi di indonesia. Berikut kutipan wawancara itu.

Bagaimana sebetulnya perkembangan investasi di Indonesia?

Beberapa tahun terakhir ini, masyarakat suka tak suka mengakui bahwa investasi jadi motor. Tadinya dipikir tidak mungkin tapi sekarang diakui di semua media bahwa investasi kuat.

Kalau kita ngomong angka PMA (Penanam Modal Asing) kita yang masuk US$19 miliar dan Januari-Juli 2012 capai US$12 miliar. Dengan angka triwulan ke-3, kalau kita lihat trennya, sekarang PMA itu US$24 miliar-25 miliar. Jadi dengan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) bisa Rp300 triliun atau US$32 miliar. Ini pertama kali di dalam sejarah untuk tahun ini. Dua tahun lalu hanya US$16 miliar, bayangkan saja double hanya dalam dua tahun.

Apa penyebabnya?

Saya tidak mau klaim ini keberhasilan BKPM. Ini kombinasi dari good policy respon dan good luck. 

Good luck-nya, semua negara perekonomiannya jelek. Inggris, Prancis dan Amerika Serikat (AS) terjadi perlambatan. Jepang apresiasi mata uang atau Yen dan karenanya biaya produksinya mahal jadi harus dibikin di luar. China banyak protes dan ada kekakuan tenaga kerja, itu membuat dia relokasi. Ini semua terjadi di saat yang sama.

Logikanya, tidak mungkin investor buat uangnya mati, dia akan putar uang itu karena jika disimpan di berangkas biayanya mahal sekali. Sekarang kalau AS-nya begitu, dia akan cari diemerging market. Biasanya China, tapi pertumbuhannya 9-10 persen kkini turun menjadi 7,5. India juga. investor melihat negara yang trennya naik, ya diantaranya itu indonesia

Makanya Indonesia saya sebut negara the least unattractive country (negara yang kurang menarik), atau the best among the worst (terbaik diantara yang terburuk). Kita tidak melakukan apapun orang lain akan melihat kita. Dengan kata lain auto pilot saja kita bisa tumbuh, dengan catatan negara lain rusak. Tapi kan kita tidak bisa terus berharap negara lain rusak.

Sampai kapan hal itu bisa bertahan?

Jadi ada risiko ini tidak berkelanjutan kalau tidak didukung langkah reformasi. Untungnya pemulihan krisis tidak akan bisa selesai dalam setahun atau dua tahun, karena kalau kurang dari itu, mereka akan mereview investasinnya.

Sebetulnya apa keunggulan Indonesia sehingga asing mau masuk?

Kenapa Indonesia bisa bertahan? disinilah ada pull factor (faktor penarik) yang menarik. Adalah pasar kita yang besar. Penjelasannya sederhana.

Ketika saya bertemu dengan investor Jepang, mereka menyatakan sedang mengalami apresiasi yen. Saya tanya, kenapa baru masuk sekarang padahal tahun 1980-an pernah juga terjadi tapi tidak pindah produksinya di luar. Mereka mengatakan, waktu itu kan pasarnya tidak besar seperti sekarang. Sekarang pasar Indonesia itu besar sekali.
Saat ini, Blackberry (RIM) sudah menaruh basis produksinya di Malaysia. Tapi saya yakin dalam beberapa waktu, mereka pasti akan melihat bahwa potensi di Indonesia sangatlah besar.

Faktor lain, politik kita ribut tapi noise, jadinya begitu-begitu saja pada akhirnya. Kelihatannya ada gempa tapi tetap jadinya tidak heboh, tidak ada yang seperti Thailand yang membuat ekonominya stuck (buntu). Di Indonesia ribut dimana-mana di parlemen tapi beberapa minggu kemudian sudahh adem, saya tidak lihat dalam 14 tahun terakhir tidak ada yang begitu mengkhawatirkan

Secara makro kita stabil, inflasi baik, groos kuat, utang itu tidak bisa dilihat secara nominal, harus dilihat terhadap income dan GDP. Ini kemudian yangmenempatkan Indonesia dalam negara yang menarik bagi investor.

Kesimpulan saya semenjak saya ketemu dengan beberapa orang selama 5 bulan, saya saya bisa sebut Indonesia the least of attracktive country.

Sekarang masalahnya, bagaimana jika ekonomi dunia akhir pulih? yang menurut saya tak akan terjadi dalam lima tahun ke depan.

Momentum ini tidak boleh dihilangkan dengan menghilangkan langkah untuk reformasi. Sayangnya, reformasi sering kali bisa terlihat kalau kondisi kita terdeka. Reformasi janga dilakukan saat waktu baik.

Makanya sekarang banyak muncul pemikiran, mengapa pemerintah sudah cukup dengan pertumbuhan 6,5 persen padahal pemerintah terus berupaya melakukan reformasi. Karena itu saya melihat reformasi ini perlu dilakukan karena masih banyak isu yang menjadi fokus.

Apa saja fokus reformasi yang harus dikerjakan?

Pertama infrastruktur. Saya pernah bilang masih parah. Logistik cost itu menjadi isu. Biaya logistik di Indonesia 14 persen atau sama dengan labour cost. Bagaimana kita bisa bersaing dengan Jepang yang hanya 5 persen. Masalah utama bisnis adalah supply chain.

Masalah yang dihadapi lainnya adalah ketidakpastian, aturan, inefisiensi, dan birokrasi.

Sewaktu saya masih di UI, saya pernah survei pada perusahaan. Kalau kita tanya apakah adacost untuk suap dia tidak mau jawab. Tetapi kalau cost lain-lain baru dijawab, rata-rata 12 persen.
Saya ingat pengusaha-pengusaha seperti Jokowi, orang-orang seperti dia dulu, merasa bahwa dia harus berkompetisi dengan daerah lain karena bersaing, akhirnya kompetisi itu mengeluarkan cost lebih. Makanya kalau mau lihat, kita akan terpesona dengan Jawa Timur. Mereka memiliki pelayanan yang lebih baik dari BKPM. Seharusnya seperti itu. BKPM itu fungsinya bukan hanya promosi tapi klien base.

Apa yang pertama Anda lakukan di BKPM?

Yang pertama kali kita pikirin sampai di kantor, kalau saya orang Amerika, saya mau berinvestasi, saya harus tahu daerah-daerahnya itu mahal tidak. Saya pikir pasti saya harus cek di web. Pas saya cek webnya BKPM, saya binggung jadi tambah bingung karena tidak memudahkan tuh bagaimana prosedurnya, yang mengerti hanya orang BKPM, karena saya orang luar jadi saya tidak mengerti. mereka mengerti karena mereka telah menjalani rutinitas saya kan belum.

Lalu saya panggil temen-temen yang bisa membuat web yang simple agar orang itu lebih mudah mengetahui prosedur dalam berinvestasi di Indonesia. Ini yang pertama kami lakukan, perombakan web pertamanya preparasi dan sebagainya

Jika lewat Website saya tidak mengerti, saya pastinya akan menelepon dong. Ketika saya telepon informasi BKPM, bunyinya "terimakasih Anda telah menelpon layanan investasi BKPM, tekan 1 untuk berbicara dengan operator." Saya tunggu, tidak diangkat -angkat, saya pikir masih pagi jam 9. Akhirnya saya coba lagi jam 12 masih tetap begitu.
Website tidak mengerti, telepon tak diangkat, yang terakhir itu saya email. Tahu sendiri orang Indonesia kalau dikirim email bagimana. Maka instruksi pertama saya sebagai Kepala BKPM, Anda harus angkat telepon. Untuk urusan seperti ini saya kan tidak harus izin DPR.

Menurut saya, esensi reformasi adalah pengorbanan seketika tapi hasilnya baru akan dirasakan nanti. Disitulah saya berpikir kalau saya langsung bertarung membenahi infrastruktur atau yang susah-susah, saya akan kalah. Makanya saya mulai dari yang sederhana, yang pasti saya bisa langsung menang.
Kemudian saya ke front office, saya lihat antriannya sudah 28 tapi yang antri 56. Saya tanya ibu-ibu yang mengantri dan terpaksa saya katakan kepadanya agar datang kembali esok hari. Namun ibu itu memaksa harus selesai hari ini karena masi harus ke Bea Cukai dan Pajak. Lalu perempuan itu bertanya, bapak siapa? saya katakan saya kepala BKPM. Eh dia langsung ngomong, "Bagaimana sih pak kantor bapak pelayannya!"

Gita Wirjawan (Mantan Kepala BKPM yang diangkat menjadi menteri perdagangan), dia bagus dalam mereposisi indonesia, kemudian rebranding. Satu yang belum dikerjakan yaitu service excelent. Saya tidak perlu ribet dan dengan pragmatis saya benahi. Saya mendatat semua investor yang ada diluar sehingga ketika saya akan kesana, sudah punya peluru. Saya juga ceritakan kisah sukses di negara ini. Itu yang kita coba lakukan.

Tapi jeleknya, jika Saya melakukan ini, sumber daya manusia BKPM sangat kurang, hanya 580 orang. Makanya saya fokus beberapa perusahaan yang iconing. Artinya kalau dia masuk, dia akan bawa yang lain, suply charge hilirasisasi.

Selama ini apa sebetulnya keluhan terbesar investor pak?

Ada dua hal, Infrastrutur dan Birokrasi Pemda. Itu yang terbesar

Sebetulnya untuk mengembangkan investasi saya tidak perlu 33 provinsi, yang terpenting fokus pada 5 area yaitu Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten dan Riau. Artinya saya fokus di 5 area itu saja kan sudah cukup. Yang kita coba lakukan agar si investor merasa mempunyai temen

Mereka melihat suatu hari infrastrukturnya pasti dibangun, dengan kondisi apapun pasti akan dibangun. Bayangkan pasarnya yang menurut McKinsey akan naik dari setengah triliun menjadi US$1,8 triliun. Kalau mereka tidak menaruh investasi disini mereka pasti ketinggalan,

Jadi ada dua hal. Market Indonesia to big to ignore dan kedua pada akhirnya infrastruktur pasti akan ada. Biasanya perusahaan besaa kalau tidak sabar, akan membuat sendiri.

Makanya maksud saya gain some trust, investornya bisa melihat sehingga kita punya amunisi yang besar, Saya sudah bertemu dan pesan yang akan saya katakan adalah reformasi itu terjadi di Indonesia dan kalau ma buktinya bisa lihat di kantor saya.

Ketika saya di AS, saya sempat katakan, satu-satunya hal yang saya bisa janjikan di Indonesia adalah persoalan. Tetapi BKPM siap untuk membantu, kita akan bareng-bareng untuk melalui proses tersebut dan mereka kelihatannya mengapresiasi hal ini.
Di Washington DC saya juga katakan, kalau ke Indonesia jangan harap ada red carpet, tapi marilah dalam kebingungan bersama sama ini kita cari jalan, dan mereka apresiasai.

Ekonomi yang dinikmati Indonesia saat ini sebetulnya buah dari Krisis Moneter 1998, setujukah Anda?

Saya sepenuhnya setuju. Kasus Bank Century saja ributnya setengah mati apalagi kalau situasinya seperti 1998. Bisa kolaps. Ini yang suka orang lupa, ini yang orang tidak mau mengakui, dampak dari kesalahan diagnosa IMF, kita masuk 2008 dengan fiskal yang lebih disiplin.
Ketika saya di washington, muncul pembicaraan bahwa Yunani dan Eropa seharusnya belajar ke Indonesia tahun 1998. Sayangnnya pemerintah Eropa tidak seberani Indonesia dalam menentukan kebijakan. Pertumbuhan saat ini sebetulnya akibat dari 14 tahun yang lalu.

Satu lagi yang saya mau katakan, ekonomi kita ini seperti sindrom orang yang baru sembuh dari penyakit. Orang sakit tidak pernah percaya kalau dia sehat sampai suatu hari dia lari dikejar musuh. Itu sindrom yang terjadi , tapi kita tidak bisa salahin karena ini kaitannya dengan trust.

Saya jujur mengatakan mengapa kebijakan kita jelimet didalam karena yang selalu kita lakuin itu membuatrencana. Kita pandai sekali membuat masterplan sampai akhirnya jadi plan master. Padahal yang bener kalau kita bikin sesuatu harusnya memberikan satu dua bukti. Itu yang saya sebut kisah sukses dan akan mengubah persepsi investor.

Bagaimana pencapaian realisasi investasi kuartal III?

Logikanya sederhana , kalau mereka mau investasi bikin pabrik, kantor, beli mesin, maka indikator yang paling baik adalah impor barang modal. Kalau impor barang modalnya naik, berarti investasinya tinggi.
Impor barang modal sampai jadi pabrik itu jenjangnnya 3-6 bulan. Sampai dengan Agustus, impor barang modal itu sampai 28 persen berarti saya bisa katakan 6 bulan dari Agustus pertumbuhan sekitar 28-30 persen. Makanya saya yakin sampai akhir tahun itu bisa sampai US$25 miliar lah.

Soal proyek besar Jembatan Selat Sunda, apa kabarnya?

Pada pertemuan kemarin yang digelar Pak Hata Rajasa, saya tidak ikut. Tapi terlepas dari itu, investor Korea selalu menanyakan rencana pembangunan jembatan itu. Apakah ada kemungkinan mereka masuk, karena Jepang dan Korea merasa ahli dalam membangun itu. Di Korea misalnya ada jembatan dari Seoul yang melalui laut. Sementara Jepang itu di daerah Kansai, jembatannya dari Osaka itu panjang.

Cuma saya bisa katakan, sampai sekarang saja baru tahap pembicaraan, tapi minatnya besar. infrastruktur itu minatnya besar sekali, problemnya itu selalu tanah.

Bagaimana dengan perkembangan industri e-commerce di tanah air, mengingat peluangnya sangat besar?.

Jujur saja, saya share kebingungan saya soal investasi teknologi informasi (TI).Idealnya bagaimana dia mau investasi karena di daftar negatif investasi, sektornya tertutup atau terbuka. Sekarang sektor usaha itu kan dinamis.

Saya ambil contoh ini berkaitan dengan TI. Suatu hari perusahaan telekomunikasi akan gabung dengan bank karena mereka harus ambil potensial masyarakat yang belum tersentuh bank sampai 85 persen. Itu nanti perusahaan perbankan akan punya selular atau selular akan punya bank. Dalam bayang saya, smartphone akan bisa berubah menjadi bank. Berarti sistem payment kita berubah.

Kalau berdasarkan hukum logika saya, kalau Undang-undang tidak menyebut sektornya, maka dia terbuka. Namun saya bertanya pada kementerian terkait, mereka mengatakan jangan (dibuat terbuka,red).

Tapi yang terjadi di setiap tahun itu ada sektor-sektor yang tidak bisa di definisikan berkaitan dengan IT. Dia datang ke kantor BKPM dan bertanya tertutup atau terbuka, kita tak bisa menjawabnya karena sektornya baru. Pemerintah selalu terlambat, kita tanya ke kementerian sektor terkait, dia bilang belum ada. Akhirnya dia terkatung-katung. Nah ini kebinggungan yang kita hadapin berkaitan dengan TI.

Melihat dari sektornya, apa yang akan berkembang ke depan?

Dengan market yang seperti ini, kedepannya yang akan masuk itu health dan education, ini yang saya bilang kita belum siap. Kelas menengah tumbuh, orang itu akan butuh pendidikan, dia nanti akan tidak puas dengan yang disini sehingga yang terjadi mereka pergi keluar, Malaysia, Singapura. Saya itu berpikir pragmatis, kenapa kita tidak membuka di Indonesis, join university seperti Malaysia membuka Monash university. Tapi kembali lagi, ini masih jauh sektornya politicly strategis,

Saya melihat hal ini tak bisa dikontrol. Pertumbuhan kelas menegah untuk sektor health telah terjadi. Orang sekarang pergi ke Singapura. Daripada kesana uangnnya, buat saja disini lewat join venture.
Kemudian kita sering berbicara swawembada, kita perli pastkan lagi di sektor apa kita bisa swasembada, sapi misalnya atau apa. Maka opsinya kenapa tidak beli saja perusahaan produsen dari sana, kita akusisi. Jadi kalau Bulog impor, kita impor dari Bulog.

Hal ini persis seperti China mengamankan batubaranya dari sini.

Kalau ini dilakukan, dan ini sedang dilakukan di BKPM, maka perlakuan investasinya harus diubah. Pada tahun 70-an kita hanya berpikir investor asing bisa diluar sehingga tidak ada proteksi. Maka saya bilang coba deh nanti kita negoisasikan dengan negara-negara itu, untuk investor Indonesia investasi disana dan ada perlindungan. Ini yang saya bilang satu hal yang tidak terpikir 10 tahun yang lalu.

Apakah BKPM memiliki jagoan BUMN untuk diarahkan go Global?

Sekarang kita yang sedang mulai lakukan misalnya PT Semen Gresik Tbk. Saya katakan mengapa tidak mencoba kemungkinan investasi keluar dan saya coba mereview proteksinya dan kedepannya. Saya melihat yang nanti impornya bakal meledak itu semen, demandnya tumbuh luar biasa 15 persen.

Semen Gresik sekarang perusahaan semen terbesar di Asia Tenggara tetapi tetep tak bisa mencakup market disini, besar sekali.

Saya berpikir pragmatis aja, impor dari mana, beli saja perusahaan yang impor itu, kita cukup kaya kok kita akusisi, itu pertamina lakuin ,

Jadi dalam promosi investasi ke depan, bukan hanya menarik kesini tapi kita datang seperti negara-negara normal. Artinya kalau kita promosi, BKPM sebagai lembaga investasi bisa mengatakan bahwa Indonesia juga mau berinvestasi di negara luar. Hal itu merupakan tugas BKPM untuk mengkoordinasikan penanaman modal disana.

Bagaimana suasana di kabinet saat ini?

Sebetulnya begini, kita harus menyampaikan apa yang terjadi. Misalnya waktu itu sidang kabainet soal perindustrian dan investasi. Dalam forum itu saya sampaikan, kalau bisa diselesaikan infrastrukturnya, saya sudah ada investasi di pipeline sampai US$37 miliar. Sampai sekarang realisasi kita US$12 miliar, ini hanya PMA. Jadi kalau bisa direalisasikan, yang sudah daftar sampai 31 juli itu US$37 miliar.

Nah itu yang kemudian di respon dengan mempermudah aturan main, infrastruktur agar lebih baik. Kalau suasana sih saya kira kondusif ya. Tapi memang ada yang diluar kontrol sepperti pemerintahan lokal seperti soal tanah itu.

Sekarang kalau membuat proyek baru harus menunggu lama. Repotnya lagi, tanah itu sensitif dengan kemakmuran, Pemda-nya belum tentu mau melakukan itu, mengambil tanah dan buruh. Itu isu -isu yang terjadi, makanya saya bilang itu isu-isu ada disana, kalau batle-nya kesitu, waduh, sekarang kan begini.

Orang kan sudah sepakat bahwa investasi itu penolong pertumbuhan. Dulu masih debat bahwa kita dieksploitasi asing atau tidak, kan sekarang sudah gak lagi. Jadi itu yang saya bilang bergeser.

Ini adalah simbol dari keberhasilan dan kepercayaan, ini juga perubahan mindset, sebenernya banyak yang berubah loh dari mindset orang Indonesia. saya selalu memberi contoh pertumbuhan kelas menegah. Orang Indonesia itu tidak mengerti tentang konsep rspv.
sumber VIVA.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar